Pembatasan waktu operasional bagi Pedagang Klontong (Warung Madura) di Bali menjadi isu yang kontroversial dan memicu perdebatan tentang keadilan dan kesetaraan dalam kebijakan pemerintah.

Surabaya,Spekaljawatimur.blogspot.com. Pendapat Ketua Umum Spekal (Serikat Pedagang Kaki Lima) Jawa Timur  mencerminkan sudut pandang yang mendukung keberadaan warung Madura yang buka 24 jam, karena mereka dianggap memiliki dampak positif terhadap perekonomian masyarakat kecil dan memberikan manfaat bagi masyarakat setempat. 

Menurut Anwar Kohar, SE,MM. banyak warga Surabaya yang terbantu dengan keberadaan warung Madura, terutama mereka yang bekerja pada malam hari atau membutuhkan bahan-bahan pokok dan bahan bakar pada waktu-waktu tertentu. Warung Madura sering kali menjadi sumber pasokan yang mudah diakses ketika toko atau pom bensin lainnya sudah tutup.

Di sisi lain, adanya imbauan dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop-UKM) untuk mengatur jam operasional warung Madura, terutama di Bali, menimbulkan kekhawatiran bahwa kebijakan ini mungkin tidak adil bagi pemilik warung Madura dan bisa menguntungkan minimarket besar yang mungkin memiliki sumber daya lebih untuk mengikuti regulasi yang ketat, Kebijakan ini bisa dilihat sebagai tidak memberikan kesempatan yang sama bagi usaha kecil, seperti warung Madura, untuk bersaing dalam ekonomi lokal.

Anwar Kohar juga menekankan bahwa imbauan dari Kemenkop-UKM seakan-akan lebih menguntungkan pengusaha minimarket, yang bisa menjadi pesaing langsung bagi warung Madura. Oleh karena itu, penekanan pada rasa keadilan dan kesempatan yang setara dalam perekonomian perlu dipertimbangkan oleh pemerintah daerah dan kementerian terkait ketika merumuskan regulasi yang berdampak pada usaha kecil dan menengah pungkasnya.

#syamsuri